Beberapa waktu lalu, seorang
kerabat datang ke rumah. Usianya udah sekitar 60-70 tahunan. Waktu gue masi
kecil, dia sempet ngontrak di daerah rumah gue dan sekarang sudah pindah ke
daerah puncak . Jadi dia adalah kerabat merangkap mantan tetangga.
Melihat kedatangan dia feeling gue udah langsung ga enak. Alasan
dia menyambangi kami adalah mengunjungi anaknya yang tinggalnya juga ga jauh
dari kami, padahal gue tau banget Visi dan Misi-nya apa . Untuk diketaui aja.
Dia adalah penganut Syi’ah garis keras,
Karena selain menganut, dia juga merekrut. Umi gue adalah orang paling Husnuzhon
di dunia. Walaupun dia tahu tabiat orang ini, Umi tetep menemani ngobrol dan
nyediain makanan buat dia.
Ketika gue pulang kantor, dia
udah ada dan lagi ngobrol sama umi. Sependengaran gue, yang di omongin masih
hubungan kekerabatan mereka. Anaknya yang udah menikah, kabar
saudara-saudaranya, dan lain-lain.
Menjelang maghrib ngomongannya
udah mulai menjurus ke arah doktrin. Gue udah mulai males dan meninggalkan
mereka yang masih ngobrol. Setelah Sholat manghrib gue denger dari arah ruang
tamu suara umi gue yang pamit untuk melaksanakan Sholat. Tapi dia mengeluarkan
statement kalo sholatnya nanti saja, digabung dengan isya. Umi udah mulai gerah
dan menegaskan kalau itu adalah ajarannya, bukan ajaran kami dan meninggalkan
dia untuk menjalankan sholat. Setelah sholat, lagi-lagi karena menghargai tamu,
umi kembali menemaninya dan ngobrol ngalur ngidul.
Dari kamar terdengar jelas
obrolan mereka. Sayidina Husein, Sayyidina Ali, dan para sahabat di dikte satu
satu. Dia menegaskan betapa baik ajarannya, dan betapa ajaran kami adalah
ajaran sesat. Umi bener-bener sabar. Berulang-ulang umi bilang : “Itu kan menurut ajaran kamu,
beda dengan saya dan saya tidak akan terpengaruh”. Singkat cerita, mereka
ngobrol sampe jam sembilan malem. Dia pun pamit dan karena udah tua, Abang gue
mengantar orang tersebut sampe rumah anaknya.
Gue ga Masalah itu orang mau
punya ajaran apa dan bagai mana. Tapi kalo dia ujuk-ujuk datang ke rumah dan
mencaci maki orang-orang yang kami hormati dan agung-kan. Saiapa yang ga
Kesel.? Bay the way, ini baru prolog loh. Yang gue mau tulis sebenarnya adalah
cerita lain. Cerita yang karenanya orang tadi cape-cape datang ke rumah
gue dan mendoktrin kami, yang
mudah-mudah sudah terdoktrin terlebih dahulu oleh ajaran yang kami anggap benar
dan insya Allah di Ridho-i Allah.
Pertama-tama yang kita perlu
ketahui adalah Ajaran yang dia Anut. ajaran ini namanya SYIAH. Ajaran yang
berkembang di Iran
ini. merupakan orang-orang yang meninggi kan
Keturunan Rasulullah. Loh, ga ada masalah
dong, bukan kan
Sunni juga menagungkan keturunan Rasulullah ? Nah bedanya, Ajaran ini, kalo
udah garis keras, mereka akan menyalahkan Sahabat-sahabat Nabi terdahulu,
Khususnya Syd. Abubakar, Umar, dan Utsman. Selengkapnya gue
ga tau dan ga mau sok tau. Pertanyaan yang timbul selanjutnya, Emang apaan sih
yang terjadi sama keturunan Rasulullah dulu sampe akhirnya mereka membenci Sahabat. Nah cerita ini nih
yang mau gue coba paparkan. Cerita ini bukannya gue ngarang-ngarang ya. Tapi
yang gue dapet dari Guru-guru Ahlussunnah yang berpatokan dari dari berbagai
buku dan kitab yang insya Allah dapat dipertanggung jawabkan.
Sebelum meninggal Rasulullah pernah berpesan Kepada Sahabat
“Nanti ketika aku tiada, masa ke-Khalifahan
akan berlangsung selama 30 tahun, dan selebihnya adalah Kerajaan. “
Perbedaan antara Khalifah dengan Kerajaan salah satunya adalah cara
mereka memilih pemimpin. Kalau Khalifah di bentuk berdasarkan musyawarah, maka
seperti yang kita ketahui, Kerajaan adalah sebuah system kepemimpinan yang
turun temurun.
Setelah Rasulullah wafat, Khalifah muslim dipimpin oleh Abubakar ibn
Siddiq RA, Lalu dilanjurkan dengan Syd Umar Bin Khattab, Syd Utsman Ibn Affan,
dan Syd Ali binAbi Tholib. Nah, yang jarang di ketahu oleh kita para muslim,
Khalifah selanjutnya adalah Syd Hasan ibn Ali ibn Abi Tholib. Yang tidak lain
merupakan Cucu Rasulullah. Yang bila dihitung masa kepemimpinan ke-5 Khalifah
tersebut persis 30 tahun. Seperti yang disampaikan oleh Rasulullah. Walaupun
Hanya menjabat selama 7 bulan, Namun Al- Hasan Telah melakukan keputusan besar
dalam masa kepemimpinannya.
Sebelum masa kepemimpinannya, yaitu ketika Ayahnya yang menjadi
Khalifah, Umat muslim terpecah menjadi dua, yaitu yang memberontak, dan yang pro
terhadap kebijakan Syd. Ali. Setelah akhirnya Al-Hasan yang terpilih menjadi
Khalifah berdasarkan musyawarah Ummat, para pemberontak terus melakukan aksi
yang meresahkan warga Madinah. Akhirnya Al-Hasan sebagai Amirul Mukminin meminta Muawwiyah, pemimpin pemberontak,
untuk berdialog dan menyelesaikan konflik yang terjadi diantara dua kubu.
Setelah kedua-nya berunding,
maka Muawwiyah menyetujui untuk beradmai apabila Al-Hasan mau menyerahkan
kepemimpinan kepadanya. Mendengar hal itu, Husein yang merupakan Adik Kandung
dari Hasan menolak dan tidak setuju dengan permintaan Muawwiyah. Namun, Hasan
berpendapat lain. Ia menyetujui untuk menyerahkan kepemimpinannya, asalkan
kedua kubu berdamai. Selain itu Hasan meminta syarat lain. Kubu pemberontak
terkenal dengan kebiasaan mereka mengolok-olok Syd. Ali bin Abi Tholib, yang
merupakan ayah Hasan. Hasan pun mengajukan hal itu sebagai syarat. Ia tidak
ingin lagi mendengar Ayahnya dicaci maki. Tanpa disangka muawwiyah tidak
menyetujui hal itu. Menurutnya mencaci maki Ali sudah merupakan kebiasaan
mereka yang sulit untuk dihilangkan. Muawwiyah pun menawar syarat itu. Mereka
berjanji tidak akan memperolok Ali tapi hanya dihadapan para pendukungnya.
Tidak untuk kalangan mereka. Mendengar perkataan Muawwiyah, Husein Menjadi
tambah berang.
“ Sungguh Muawwiyah, Kakakku telah setuju untuk memberikan kekuasaannya
padamu, bahkan untuk tidak memperolok Ayah kami saja kamu tidak mau. Pemimpin
seperti apa yang nantinya akan menjadi panutan kami ?”
“Uskut ya Akhii ( Diamlah wahai saudaraku) “
Dengan tenang Hasan meminta adiknya untuk diam. Bagi Hasan ketenangan
umat lebih penting daripada ego-nya yang tidak tahan mendengar ayahnya
diperolok. Mulai hari itupun Muawwiyah menggantikan Hasan menjadi pemimpin umat
islam.
Singkat cerita, Muawwiyah memimpin sampai kurang lebih 20 tahun. Sampai
Hasan pun meninggal dunia. Sampai selama itu pun, Husein tetap menjadi warga
yang baik dan tidak melakukan apapun yang dapat meresahkan warga Madinah,
walaupun kenyataannya dia tidak menganggap Muawwiyah sebagai pemimpin. Dia
bersama-sama keluarganya pun pindah ke makkah.
Sampai akhirnya Muawwiyah semakin tua dan memutuskan untuk mengutus
anaknya yang bernama Yazid untuk menjadi pemimpin menggantikan kedudukannya.
Sebelum wafat Muawwiyah berpesan kepada anaknya :
Wahai anak-ku, nanti ketika kau menjadi pemimpin, ada tiga orang yang
patut kau berhati-hati dengan keberadaan mereka. Yang pertama Abdullah bin Umar
(Anak dari Syd. Umar Bin Khattab) Dia adalah orang pemberani dan cukup berpengaruh.
Namun sekarang dia nampaknya telah menjadi ahli ibadah, sehingga tidak terlalu
mengikuti perkembangan ke-khalifaan. Yang Kedua adalah Husein Bin Ali bin Abi
Thalib. Berhati-hatilah padanya. Bila dia melakukan sesuatu yag mencurigakan,
maka tindaklah dia. Namun Maafkanlah dia, ingatlah bahwa ia merupakan Cucu dari
Rasulullah. Yang ketiga Adalah Abdullah Bin Zubair. Dia juga merupakan orang
pemberani dan kritis. Apabila dia melakukan sesuatu yang mencurigakan maka
habisi saja dia.
Tidak lama setelahnya Yazid-pun menjadi pemimpin. Kabar ini segera
disampaikan ke seluruh tanah Arab. Khusus untuk Husein, Sebagai seorang Cucu
Rasulullah, Yazid meminta Gubernur Makkah untuk mengabarkan kepadanya, dan
memintanya untuk membaiat Yazid (bersumpah untuk mengakuinya sebagai pemimpin).
Mendengar ini Husein kaget. Bagaimana bisa pemimpin yang seharusnya
ditentukan oleh musyawarah tiba-tiba diberikan begitu saja hanya karena dia
anak Muawwiyah. Terlebih lagi catatan keburukan yazid yang telah Husein dengar
selama ini. Muawwiyah saja dia tidak setuju apalagi Yazid. Hampir saja terjadi
pertumpahan darah kalau saja Gubernur tidak menghalagi pendukung yazid untuk
mengunuskan pedangnya kepada Syd. Husein.
Ternyata ketidak setujuan terhadap Yazid, tidak hanya oleh Husein.
Tidak lama setelah pertemuannya dengan Gubernur Makkah, Husein mendapatkan surat dari daerah Kuffah
bahwa disana terdapat ribuan orang yang siap untuk mengumpulkan kekuatan dan
menegakkan kebenaran. Sebagai cucu Rasulullah, Kepercayaan dan harapan umat
semua jatuh padanya. Husein pun tergerak untuk melakukan sesuatu. Husein pun
mengirim sepupunya yang bernama Muslim Bin Aqil bin Abi Thalib untuk pergi ke Kuffah dan melihat kondisi di sana. Husein
mempercayainya karena Muslim terkenal sebagai ahli strategi dan pintar.
Sesampainya di Kuffah Muslim menemui bahwa warga kuffah memang benar-benar
mendukung Husein. Iapun mengirim surat
kepada Husein untuk segera hijrah ke Kuffah.
Mendapat kabar dari Kuffah, Husein mempersiapkan keberangkatan dan
memohon pamit kepada sahabat-sahabat
salah satunya Abdullah bin Abbas. Sebenarnya Abdullah bin Abbas tidak
setuju dengan kepergian Husein. Karena berdasarkan pengalamannya, orang-orang
Kuffah adalah termasuk diantara orang-orang yang menghianati Ali bin Abi Thalib.
Namun keputusan Husein sudah bulat. Dengan berpegang pada kabar dari Muslim,
Husein tetap pergi ke kuffah pada tanggal 8Dzulhijjah.
Mendengar persiapan keberangkatan Husein, Yazid mengutus pengikutnya
untuk menindak apabila Husein melakukan hal-hal yang mencurigakan. Dua orang
pengikut Yazid adalah Ubaydillah dan Umar bin Saad Bin Abi Waqash ( anak dari
Saad bin Abi Waqash, salah satu sahabat terbaik Nabi). Mereka sampai di Kuffah
jauh sebelum Husein dan keluarganya sampai.
Di Kuffah, kedua utusan Yazid mengimingi penduduk Kuffah untuk tidak mendukung
Husein. Hanya dengan segelintir harta, penduduk yang tadinya mendukung Husein
berbalik menyetujui untuk berhenti memberikan dukungan dan mengakui
kepemimpinan Yazid. Tidak hanya itu Ubaydillah dan Umar bin Saad mencari dan
menemukan Muslim bin Aqil sebagai seorang mata-mata Husein. Karena itu mereka
memutuskan untuk membunuh Muslim. Di saat-saat sebelum pembunuhan Muslim
menangis
“ Hei Muslim, Bukankah kau Jagoan yang berani membela Husein.Mengapa
sekarang kau menangis hanya karena hal ini ?”.
“Sungguh aku tidak menangis karena takut kalian bunuh. Tetapi aku
menangis karena aku sudah terlanjur memberi tahu saudaraku bahwa disini aman
dan banyak yang mendukungnya”
Tidak lama setelahnya pun Muslim dibunuh.
Di awal perjalanan panjangnya, Husein dan pengikutnya yang tidak lain
adalah saudara-saudara seayah, sepupu-sepupu, dan keponakan-keponakannya serta
beberapa sahabat yang berjumlah kurang dari 100 orang bertemu dengan seorang calon haji yang
berasal dari kuffah. Ternyata dia adalah penyair. Husein pun menyapanya dan
bertanya bagaimana keadaan Penduduk Kuffah.
“Wahai cucu Rasulullah, Sesungguhnya hati mereka untukmu. Namun pedang
mereka juga lah yang akan menghabisimu”
Mendengar perkataan penyair tersebut husein tidak gentar dan
melanjutkan perjalanannya. Sampai dia mendapat kabar yang sangat akurat bahwa
Muslim telah dibunuh dan penduduk kuffah telah berkhianat. Mengetahui hal ini
Husein berkata pada saudara-saudaranya
“ Kita sudah mengetahui keadaan
yang sesungguhnya sekarang. Apabila kalian ingin pulang, maka pulanglah.
Sungguh aku tidak menganggap kalian penghianat. Namun aku akan terus kesana
karena kita sudah sangat dekat. “
Namun tidak ada satupun dari mereka yang gentar. Merekapun melanjutkan
perjalanan dan sampai di kuffah.
Sampai disana mereka melihat pasukan musuh sudah tidak terhitung
jumlahnya. Husein dan keluarganya pun menyingkir ke padang
Karbala untuk
membuat tenda mempersiapkan apa yang mereka punya. Mereka sadar bahwa mereka
akan berperang. Jumlah dari laki-laki yang siap untuk bertempur hanya 72 orang.
Mereka hanya menyisakan perempuan dan dua orang anak laki-laki. Yang satu
merupakan anak dari Husein yang bernama Ali bin Husein bin Ali bin Abi
Thalib yang berumur 18-19 tahun. Ia tetap di tenda karena
sakit. Satu lagi laki-laki yang tinggal di tenda adalah Hasan bin Hasan Ali bin Abi
Thalib yan masih sangat kecil. Mereka ditemani oleh Zainab binti Ali, saudara
perempuan Husein.
Di padang karbala mereka terpojok. Ribuan pasukan yang
dipimpin oleh Umar bin Saad mengepung mereka yang hanya 72 orang Perang ini di awali diskusi dan semacam negosiasi, Namun karena inti dari ajakan diskusi adalah tetap agar Syd. Husein mau membaiat Yazid, akhirnya tidak ada kata sepakat diantara merka. Akhir perang
ini pun tragis bagi keluarga Husein. Mereka kalah karena jumlah yang tidak
sepadan.
AL-Imam Husein Bin Ali Bin Abi Thalib wafat
dengan 33 tusukan tombak dan panah. Juga 34 tebasan pedang memenuhi badannya.
Kepalanya pun di potong dan di bawa untuk diserahkan ke Yazid. Setelah
menghabsi semua yang ikut berperang, mereka pun menghampiri tenda dan mencari
sisa pasukan. Mereka pun menemi kedua anak dan Zainab. Ketika hendak membunuh
Ali bin Husein, Zainab teriak
“Dami Allah,tidak akan kubiarkan kau menyentuh anak ini selagi aku
masih hidup.”
Dipeluknya erat-erat kedua anak tersebut. Atas Ridho Allah, pasukan pun
tidak jadi membunuh yang tersisa. Mereka hanya ditawan dan dikembalikan ke
Madinah.
Sesampainya di Madinah, Ubaydillah membawa kepala Husein dan
menunjukkan kepada penduduk madinah. Dengan sadis dia memainkan pedangnya ke
kepala Husein yang sudah terpenggal. Anas Bin Malik yang melihatnya menangis berkata.
“Demi Allah aku melihat Rasulullah menciumi wajah itu”
Setelah keadian itu sisa keluarga Rasulullah tinggal di Madinah. Ali
bin Husein yang tadi masih kecil melanjutkan hidupnya bersama Bibi-nya. Ali
sampai dewasanya memilih untuk tidak terlibat dalam politik dan tidak membalas
dendam kepada pembunuh keluarganya. Ali memutuskan untuk menjadi Ahli ibadah,
sehingga orang-orang menyebutnya Ali Zainal Abidin ( Ali yang sangat baik
ibadahnya). Para pembunuh tersebut pun
akhirnya dibunuh oleh masyarakat yang mengamuk setelah mengetahui pembantaian
keluarga Husein.
Sebelom ngomong apa-apa lagi gue
mao ngasoh dulu sebentar *ngasoh beberapa menit karena pegel ngetik*
Cerita ini gue jabarkan bukan
dengan maksud apa-apa. Cuma mau berbagi sejarah aja. Karena banyaaaaaakkkkk
banget pelajaran yang bisa diambil di cerita ini. Tentang pemimpin yang baik
dan yang buruk. Tentang adik yang patuh kepada kakaknya. Dan tentang perlunya
menegakkan kebenaran walopun susah. Mudah-mudah kita bisa ambil intisarinya dan
jadiin pedoman buat hidup kita sehari-hari.
Btw jari ude keriting nih.maap kalo banyak Typo. nanti beresin lagi dah See yaa..
Assalamualaikum.