Monday, March 14, 2011

Endless Regret

Salah satu sahabat Rasulullah kerap melihat Sayyidina Umar terwawa-tawa sendiri, lalu tak lama kemudian menangis sampai segukan tangis-nya terdengar jelas. Karena penasaran, sahabat tersebut akhirnya bertanya lagsung kepada Sayyidina Umar.

“Wahai Umar, sesungguhnya aku sering melihatmu tertawa-tawa lalu menangis. Kalau boleh tau, apa yang sebenarnya telah terjadi padamu?”

Sambil tetap tersenyum, Umar mulai bercerita kepada sahabatnya.

“yang membuatku melakukan kedua hal tersebut adalah ingatanku kepada masa dimana aku masih merupakan kelompok orang-orang yang bodoh (jahiliyyah). Aku tertawa-tawa sampai geli ketika aku mengingat dulu aku masih menyembah berhala. Ada beberapa berhala yang kami buat dari tepung yang dikeraskan. Namun, ketika kami kesulitan makanan kami mulai memotong bagian demi bagian dari berhla tersebut untuk memakannya. Mulai dari tangan, kaki, sampai akhirnya berhala tersebut habis tak tersisa. Sungguh aku mentertawakan kebodohan kami. Bagaimana bisa kami memakan Tuhan kami sendiri, yang seharusnya kami hormati dan tinggikan.”

Sayyidina Umar tertawa geli di tengah ceritanya.

“lalu apa yang akhirnya membuatmu menangis wahai Umar?”

Sayyidina Umar menghela nafas yang sangat panjang dan melanjutkan ceritanya.

“Yang membuatku akhirnya menangis adalah kejahatan yang pernah aku lakukan dulu. Sewaktu istriku melahirkan anak perempuan, sungguh ia sangat ketakutan akan keselamatan anak itu. Agar aku tidak membunuh anak perempuan kami seperti orang-orang jahiliyyah lakukan pada putri-putri mereka, akhirnya ia mendandani anak kami dengan pakaian laki-laki. Aku yang tidak mengetahui kenyataan yang sebenarnya sangat senang. Aku banggakan anakku pada semua orang Quraisy.”

Sambil mendengar lanjutan cerita, sahabat melihat air mata yang mengalir ke pipi sayyidina Umar.

“Suatu hari aku ajak anakku jalan-jalan menaiki unta, Saat itu ia berusia sekitar 3 atau 4 tahun. .” Umar melanjutkan ceritanya dalam kepiluan yang sangat nampak.

“Ditengah perjalanan dia mita berhenti sebentar untuk buang air kecil. Kami pun berhenti di sebuah gurun. Alangkah kagetnya aku ketika aku membantu anakku untuk buang air kecil dan mengetahui bahwa ia adalah perempuan kau tahu apa yang aku lakukan ?”

“tidak Umar, Apa yang kau lakukan?”

“ Aku menggali pasir di tempat kami berhenti dan menguburnya hidup-hidup. Dia sempat bertanya kepadaku apa yang sedang aku lakukan. Bahkan ia menyeka keringat di dahiku saat aku kelelahan menggali ..”

“Masya Allah… “ Sahabat pun kehabisan kata-kata

“ Ya sahabatku, hal itulah yang aku tangisi dan sesali dalam hidupku. Sungguh apabila ada 1000 orang umat Rasulullah yang Masuk neraka, aku takut aku merupakan salah satu dari mereka. Kalaupun hanya seratus, sepuluh atau hanya satu orang dari ummat rasulullah yang akhirnya masuk neraka, aku takut itu adalah aku karena dosa ku itu .”