Monday, April 25, 2011

Bukan karena Ia cantik...

Saat menjadi Amirul mu’minin, sayyidina Umar merupakan pemimpin yang sangat tegas dan bijaksana. Tentu saja dia berkaca pada kpemimpinan Rasulullah dan Abibakr, pemimpin-pemimpin yang terdahulu. Bahkan Umar merupakan pemimpin yang tidak pernah tidur kecuali bila ketiduran. Dimalam hari, Umar biasanya berkeliling kota sendirian, untuk memeriksa keadaan ummat pada zaman itu.

Di satu malam, Umar melakukan rutinitasnya seperti biasa. Ia berkeliling dan mendengar namanya disebut-sebut dalam percakapan di suatu rumah yang sangat kecil.

“Ayo kita campurkan susu ini dengan air, supaya menjadi lebih banyak dan kita bisa untung besok” Terdengar suara seorang perempuan paruh baya.

“ Tapi ibu, aku takut. Kemarin aku mendengar ceramah dari Amirul Mu’minin di tengah kota. Dia berkata, Barang siapa yang mencampur susu dengan Air dalam berdagang, maka nanti di saat pembalasan dia akan dipaksa untuk memisahkan susu tersebut dari Air. Kali ini yang terdengar adalah suara perempuan muda.

“Sudahlah, kamu tidak perlu takut. Bukankah Amirul Mu’minin tidak mengetahui perbuatan kita” Perempuan tersebut berusaha meyakinkan.

“Tapi bu, bukankah Tuhannya Amirul Mu’minin melihat kita. Bukankah Tuhannya Amirul mu’minin mengamati pergerakan kita ?”

Mendengar perkataan tersebut, Umar seakan menemukan subuah mutiara di atas pasir.


Keesokan harinya dia bertanya kepada salah satu sahabat

“Apakah kau tahu Rumah siapa itu “ Tanya Umar

“Aku tidak tahu wahai Amirul mu’minin, yang aku tahu, dirumah itu tinggal seorang Janda bersama Anak gadisnya” sahabat tersebut menjelaskan kepada Umar.

“ Apakah usia anak itu sudah layak untuk dinikahi ?” Tanya Umar lagi

“Sepertinya Sudah wahai Amirul Mu’minin”

Mendengar jawaban dari sahabatnya Umar pulang dengan hati lega. Dia tahu dia telah jatuh hati dengan gadis ini. Tanpa melihat rupanya, tanpa mengetahui namanya. Dia jatuh hati karena kecintaan Gadis tersebut dan rasa takutnya kepada Allah.


Sesampainya di Rumah, Umar mengumpulkan anak-anak laki-lakinya. Umar kemidian berkata:

“Anak-anakku, aku merasa bahwa usia kalian sudah sangat pas untuk menikah. Apakah ada diantara kalian yang imau menikahi seorang gadis yang miskin, yang Ayah tidak tahu namanya. Ayah juga tidak tahu rupanya. Ayah bahkan tidak tahu garis keturunannya. Tapi Ayah tahu bahwa dia adalah gadis yang cinta dan takut kepada Allah.”

Mendengar perkataan Ayahnya, Anak-anak Umar hanya terdiam. Tidak ada satu pun diantara mereka yang memberikan pendapat. Melihat reaksi mereka, Umar lalu berkata :

“Apabila tidak ada dari kalian yang mau, maka Ayah yang akan menikahi gadis tersebut!”

Setelah itu Umar melihat satu dari anaknya mengacungkan tangan

“Aku mau wahai Ayah. Bukan karena apa-apa, tetapi karena aku percaya bahwa yang ayah pilihkan untukku pastilah yang terbaik di sisi Allah dan Rasulullah.”