Monday, January 7, 2013

Cahaya Mata Rasulullah



Beberapa waktu lalu, seorang kerabat datang ke rumah. Usianya udah sekitar 60-70 tahunan. Waktu gue masi kecil, dia sempet ngontrak di daerah rumah gue dan sekarang sudah pindah ke daerah puncak . Jadi dia adalah kerabat merangkap mantan tetangga.

Melihat kedatangan dia feeling gue udah langsung ga enak. Alasan dia menyambangi kami adalah mengunjungi anaknya yang tinggalnya juga ga jauh dari kami, padahal gue tau banget Visi dan Misi-nya apa . Untuk diketaui aja. Dia adalah penganut Syi’ah  garis keras, Karena selain menganut, dia juga merekrut. Umi gue adalah orang paling Husnuzhon di dunia. Walaupun dia tahu tabiat orang ini, Umi tetep menemani ngobrol dan nyediain makanan buat dia.

Ketika gue pulang kantor, dia udah ada dan lagi ngobrol sama umi. Sependengaran gue, yang di omongin masih hubungan kekerabatan mereka. Anaknya yang udah menikah, kabar saudara-saudaranya, dan lain-lain.

Menjelang maghrib ngomongannya udah mulai menjurus ke arah doktrin. Gue udah mulai males dan meninggalkan mereka yang masih ngobrol. Setelah Sholat manghrib gue denger dari arah ruang tamu suara umi gue yang pamit untuk melaksanakan Sholat. Tapi dia mengeluarkan statement kalo sholatnya nanti saja, digabung dengan isya. Umi udah mulai gerah dan menegaskan kalau itu adalah ajarannya, bukan ajaran kami dan meninggalkan dia untuk menjalankan sholat. Setelah sholat, lagi-lagi karena menghargai tamu, umi kembali menemaninya dan ngobrol ngalur ngidul.

Dari kamar terdengar jelas obrolan mereka. Sayidina Husein, Sayyidina Ali, dan para sahabat di dikte satu satu. Dia menegaskan betapa baik ajarannya, dan betapa ajaran kami adalah ajaran sesat. Umi bener-bener sabar. Berulang-ulang umi bilang : “Itu kan menurut ajaran kamu, beda dengan saya dan saya tidak akan terpengaruh”. Singkat cerita, mereka ngobrol sampe jam sembilan malem. Dia pun pamit dan karena udah tua, Abang gue mengantar orang tersebut sampe rumah anaknya.

Gue ga Masalah itu orang mau punya ajaran apa dan bagai mana. Tapi kalo dia ujuk-ujuk datang ke rumah dan mencaci maki orang-orang yang kami hormati dan agung-kan. Saiapa yang ga Kesel.? Bay the way, ini baru prolog loh. Yang gue mau tulis sebenarnya adalah cerita lain. Cerita yang karenanya orang tadi cape-cape datang ke rumah gue  dan mendoktrin kami, yang mudah-mudah sudah terdoktrin terlebih dahulu oleh ajaran yang kami anggap benar dan insya Allah di Ridho-i Allah.

Pertama-tama yang kita perlu ketahui adalah Ajaran yang dia Anut. ajaran ini namanya SYIAH. Ajaran yang berkembang di Iran ini. merupakan orang-orang yang meninggi kan Keturunan Rasulullah. Loh, ga ada masalah dong, bukan kan Sunni juga menagungkan keturunan Rasulullah ? Nah bedanya, Ajaran ini, kalo udah garis keras, mereka akan menyalahkan Sahabat-sahabat Nabi terdahulu, Khususnya  Syd.  Abubakar, Umar, dan Utsman. Selengkapnya gue ga tau dan ga mau sok tau. Pertanyaan yang timbul selanjutnya, Emang apaan sih yang terjadi sama keturunan Rasulullah dulu sampe akhirnya  mereka membenci Sahabat. Nah cerita ini nih yang mau gue coba paparkan. Cerita ini bukannya gue ngarang-ngarang ya. Tapi yang gue dapet dari Guru-guru Ahlussunnah yang berpatokan dari dari berbagai buku dan kitab yang insya Allah dapat dipertanggung jawabkan.

Sebelum meninggal Rasulullah pernah berpesan Kepada Sahabat
“Nanti ketika aku tiada, masa ke-Khalifahan akan berlangsung selama 30 tahun, dan selebihnya adalah Kerajaan. “
Perbedaan antara Khalifah dengan Kerajaan salah satunya adalah cara mereka memilih pemimpin. Kalau Khalifah di bentuk berdasarkan musyawarah, maka seperti yang kita ketahui, Kerajaan adalah sebuah system kepemimpinan yang turun temurun.

Setelah Rasulullah wafat, Khalifah muslim dipimpin oleh Abubakar ibn Siddiq RA, Lalu dilanjurkan dengan Syd Umar Bin Khattab, Syd Utsman Ibn Affan, dan Syd Ali binAbi Tholib. Nah, yang jarang di ketahu oleh kita para muslim, Khalifah selanjutnya adalah Syd Hasan ibn Ali ibn Abi Tholib. Yang tidak lain merupakan Cucu Rasulullah. Yang bila dihitung masa kepemimpinan ke-5 Khalifah tersebut persis 30 tahun. Seperti yang disampaikan oleh Rasulullah. Walaupun Hanya menjabat selama 7 bulan, Namun Al- Hasan Telah melakukan keputusan besar dalam masa kepemimpinannya.

Sebelum masa kepemimpinannya, yaitu ketika Ayahnya yang menjadi Khalifah, Umat muslim terpecah menjadi dua, yaitu yang memberontak, dan yang pro terhadap kebijakan Syd. Ali. Setelah akhirnya Al-Hasan yang terpilih menjadi Khalifah berdasarkan musyawarah Ummat, para pemberontak terus melakukan aksi yang meresahkan warga Madinah. Akhirnya Al-Hasan sebagai Amirul Mukminin  meminta Muawwiyah, pemimpin pemberontak, untuk berdialog dan menyelesaikan konflik yang terjadi diantara dua kubu.

 Setelah kedua-nya berunding, maka Muawwiyah menyetujui untuk beradmai apabila Al-Hasan mau menyerahkan kepemimpinan kepadanya. Mendengar hal itu, Husein yang merupakan Adik Kandung dari Hasan menolak dan tidak setuju dengan permintaan Muawwiyah. Namun, Hasan berpendapat lain. Ia menyetujui untuk menyerahkan kepemimpinannya, asalkan kedua kubu berdamai. Selain itu Hasan meminta syarat lain. Kubu pemberontak terkenal dengan kebiasaan mereka mengolok-olok Syd. Ali bin Abi Tholib, yang merupakan ayah Hasan. Hasan pun mengajukan hal itu sebagai syarat. Ia tidak ingin lagi mendengar Ayahnya dicaci maki. Tanpa disangka muawwiyah tidak menyetujui hal itu. Menurutnya mencaci maki Ali sudah merupakan kebiasaan mereka yang sulit untuk dihilangkan. Muawwiyah pun menawar syarat itu. Mereka berjanji tidak akan memperolok Ali tapi hanya dihadapan para pendukungnya. Tidak untuk kalangan mereka. Mendengar perkataan Muawwiyah, Husein Menjadi tambah berang.

“ Sungguh Muawwiyah, Kakakku telah setuju untuk memberikan kekuasaannya padamu, bahkan untuk tidak memperolok Ayah kami saja kamu tidak mau. Pemimpin seperti apa yang nantinya akan menjadi panutan kami ?”

“Uskut ya Akhii ( Diamlah wahai saudaraku) “
Dengan tenang Hasan meminta adiknya untuk diam. Bagi Hasan ketenangan umat lebih penting daripada ego-nya yang tidak tahan mendengar ayahnya diperolok. Mulai hari itupun Muawwiyah menggantikan Hasan menjadi pemimpin umat islam.

Singkat cerita, Muawwiyah memimpin sampai kurang lebih 20 tahun. Sampai Hasan pun meninggal dunia. Sampai selama itu pun, Husein tetap menjadi warga yang baik dan tidak melakukan apapun yang dapat meresahkan warga Madinah, walaupun kenyataannya dia tidak menganggap Muawwiyah sebagai pemimpin. Dia bersama-sama keluarganya pun pindah ke makkah.

Sampai akhirnya Muawwiyah semakin tua dan memutuskan untuk mengutus anaknya yang bernama Yazid untuk menjadi pemimpin menggantikan kedudukannya. Sebelum wafat Muawwiyah berpesan kepada anaknya :

Wahai anak-ku, nanti ketika kau menjadi pemimpin, ada tiga orang yang patut kau berhati-hati dengan keberadaan mereka. Yang pertama Abdullah bin Umar (Anak dari Syd. Umar Bin Khattab) Dia adalah orang pemberani dan cukup berpengaruh. Namun sekarang dia nampaknya telah menjadi ahli ibadah, sehingga tidak terlalu mengikuti perkembangan ke-khalifaan. Yang Kedua adalah Husein Bin Ali bin Abi Thalib. Berhati-hatilah padanya. Bila dia melakukan sesuatu yag mencurigakan, maka tindaklah dia. Namun Maafkanlah dia, ingatlah bahwa ia merupakan Cucu dari Rasulullah. Yang ketiga Adalah Abdullah Bin Zubair. Dia juga merupakan orang pemberani dan kritis. Apabila dia melakukan sesuatu yang mencurigakan maka habisi saja dia.

Tidak lama setelahnya Yazid-pun menjadi pemimpin. Kabar ini segera disampaikan ke seluruh tanah Arab. Khusus untuk Husein, Sebagai seorang Cucu Rasulullah, Yazid meminta Gubernur Makkah untuk mengabarkan kepadanya, dan memintanya untuk membaiat Yazid (bersumpah untuk mengakuinya sebagai pemimpin).

Mendengar ini Husein kaget. Bagaimana bisa pemimpin yang seharusnya ditentukan oleh musyawarah tiba-tiba diberikan begitu saja hanya karena dia anak Muawwiyah. Terlebih lagi catatan keburukan yazid yang telah Husein dengar selama ini. Muawwiyah saja dia tidak setuju apalagi Yazid. Hampir saja terjadi pertumpahan darah kalau saja Gubernur tidak menghalagi pendukung yazid untuk mengunuskan pedangnya kepada Syd. Husein.

Ternyata ketidak setujuan terhadap Yazid, tidak hanya oleh Husein. Tidak lama setelah pertemuannya dengan Gubernur Makkah, Husein mendapatkan surat dari daerah Kuffah bahwa disana terdapat ribuan orang yang siap untuk mengumpulkan kekuatan dan menegakkan kebenaran. Sebagai cucu Rasulullah, Kepercayaan dan harapan umat semua jatuh padanya. Husein pun tergerak untuk melakukan sesuatu. Husein pun mengirim sepupunya yang bernama Muslim Bin Aqil bin Abi Thalib  untuk pergi ke Kuffah dan melihat kondisi di sana. Husein mempercayainya karena Muslim terkenal sebagai ahli strategi dan pintar. Sesampainya di Kuffah Muslim menemui bahwa warga kuffah memang benar-benar mendukung Husein. Iapun mengirim surat kepada Husein untuk segera hijrah ke Kuffah.

Mendapat kabar dari Kuffah, Husein mempersiapkan keberangkatan dan memohon pamit kepada sahabat-sahabat  salah satunya Abdullah bin Abbas. Sebenarnya Abdullah bin Abbas tidak setuju dengan kepergian Husein. Karena berdasarkan pengalamannya, orang-orang Kuffah adalah termasuk diantara orang-orang yang menghianati Ali bin Abi Thalib. Namun keputusan Husein sudah bulat. Dengan berpegang pada kabar dari Muslim, Husein tetap pergi ke kuffah pada tanggal 8Dzulhijjah.

Mendengar persiapan keberangkatan Husein, Yazid mengutus pengikutnya untuk menindak apabila Husein melakukan hal-hal yang mencurigakan. Dua orang pengikut Yazid adalah Ubaydillah dan Umar bin Saad Bin Abi Waqash ( anak dari Saad bin Abi Waqash, salah satu sahabat terbaik Nabi). Mereka sampai di Kuffah jauh sebelum Husein dan keluarganya sampai.

Di Kuffah, kedua utusan Yazid mengimingi penduduk Kuffah untuk tidak mendukung Husein. Hanya dengan segelintir harta, penduduk yang tadinya mendukung Husein berbalik menyetujui untuk berhenti memberikan dukungan dan mengakui kepemimpinan Yazid. Tidak hanya itu Ubaydillah dan Umar bin Saad mencari dan menemukan Muslim bin Aqil sebagai seorang mata-mata Husein. Karena itu mereka memutuskan untuk membunuh Muslim. Di saat-saat sebelum pembunuhan Muslim menangis

“ Hei Muslim, Bukankah kau Jagoan yang berani membela Husein.Mengapa sekarang kau menangis hanya karena hal ini ?”.

“Sungguh aku tidak menangis karena takut kalian bunuh. Tetapi aku menangis karena aku sudah terlanjur memberi tahu saudaraku bahwa disini aman dan banyak yang mendukungnya”

Tidak lama setelahnya pun Muslim dibunuh.

Di awal perjalanan panjangnya, Husein dan pengikutnya yang tidak lain adalah saudara-saudara seayah, sepupu-sepupu, dan keponakan-keponakannya serta beberapa sahabat yang berjumlah kurang dari 100 orang bertemu dengan seorang calon haji yang berasal dari kuffah. Ternyata dia adalah penyair. Husein pun menyapanya dan bertanya bagaimana keadaan Penduduk Kuffah.

“Wahai cucu Rasulullah, Sesungguhnya hati mereka untukmu. Namun pedang mereka juga lah yang akan menghabisimu”

Mendengar perkataan penyair tersebut husein tidak gentar dan melanjutkan perjalanannya. Sampai dia mendapat kabar yang sangat akurat bahwa Muslim telah dibunuh dan penduduk kuffah telah berkhianat. Mengetahui hal ini Husein berkata pada saudara-saudaranya
  “ Kita sudah mengetahui keadaan yang sesungguhnya sekarang. Apabila kalian ingin pulang, maka pulanglah. Sungguh aku tidak menganggap kalian penghianat. Namun aku akan terus kesana karena kita sudah sangat dekat. “

Namun tidak ada satupun dari mereka yang gentar. Merekapun melanjutkan perjalanan dan sampai di kuffah.

Sampai disana mereka melihat pasukan musuh sudah tidak terhitung jumlahnya. Husein dan keluarganya pun menyingkir ke padang Karbala untuk membuat tenda mempersiapkan apa yang mereka punya. Mereka sadar bahwa mereka akan berperang. Jumlah dari laki-laki yang siap untuk bertempur hanya 72 orang. Mereka hanya menyisakan perempuan dan dua orang anak laki-laki. Yang satu merupakan anak dari Husein yang bernama Ali bin Husein bin Ali bin Abi Thalib yang berumur 18-19 tahun. Ia tetap di tenda karena sakit. Satu lagi laki-laki yang tinggal di tenda adalah Hasan bin Hasan  Ali bin Abi Thalib yan masih sangat kecil. Mereka ditemani oleh Zainab binti Ali, saudara perempuan Husein.

Di padang karbala mereka terpojok. Ribuan pasukan yang dipimpin oleh Umar bin Saad mengepung mereka yang hanya 72 orang Perang ini di awali diskusi dan semacam negosiasi, Namun karena inti dari ajakan diskusi adalah tetap agar Syd. Husein mau membaiat Yazid, akhirnya tidak ada kata sepakat diantara merka. Akhir perang ini pun tragis bagi keluarga Husein. Mereka kalah karena jumlah yang tidak sepadan.

AL-Imam Husein Bin Ali Bin Abi Thalib wafat dengan 33 tusukan tombak dan panah. Juga 34 tebasan pedang memenuhi badannya. Kepalanya pun di potong dan di bawa untuk diserahkan ke Yazid. Setelah menghabsi semua yang ikut berperang, mereka pun menghampiri tenda dan mencari sisa pasukan. Mereka pun menemi kedua anak dan Zainab. Ketika hendak membunuh Ali bin Husein, Zainab teriak
“Dami Allah,tidak akan kubiarkan kau menyentuh anak ini selagi aku masih hidup.”

Dipeluknya erat-erat kedua anak tersebut. Atas Ridho Allah, pasukan pun tidak jadi membunuh yang tersisa. Mereka hanya ditawan dan dikembalikan ke Madinah.

Sesampainya di Madinah, Ubaydillah membawa kepala Husein dan menunjukkan kepada penduduk madinah. Dengan sadis dia memainkan pedangnya ke kepala Husein yang sudah terpenggal. Anas Bin Malik yang melihatnya menangis  berkata.
“Demi Allah aku melihat Rasulullah menciumi wajah itu”

Setelah keadian itu sisa keluarga Rasulullah tinggal di Madinah. Ali bin Husein yang tadi masih kecil melanjutkan hidupnya bersama Bibi-nya. Ali sampai dewasanya memilih untuk tidak terlibat dalam politik dan tidak membalas dendam kepada pembunuh keluarganya. Ali memutuskan untuk menjadi Ahli ibadah, sehingga orang-orang menyebutnya Ali Zainal Abidin ( Ali yang sangat baik ibadahnya). Para pembunuh tersebut pun akhirnya dibunuh oleh masyarakat yang mengamuk setelah mengetahui pembantaian keluarga Husein.

Sebelom ngomong apa-apa lagi gue mao ngasoh dulu sebentar *ngasoh beberapa menit karena pegel ngetik*

Cerita ini gue jabarkan bukan dengan maksud apa-apa. Cuma mau berbagi sejarah aja. Karena banyaaaaaakkkkk banget pelajaran yang bisa diambil di cerita ini. Tentang pemimpin yang baik dan yang buruk. Tentang adik yang patuh kepada kakaknya. Dan tentang perlunya menegakkan kebenaran walopun susah.  Mudah-mudah kita bisa ambil intisarinya dan jadiin pedoman buat hidup kita sehari-hari.

Btw jari ude keriting nih.maap kalo banyak Typo. nanti beresin lagi dah See yaa.. Assalamualaikum.