Thursday, July 28, 2011

Pak Dungu

Dulu ummi punya buku kumpulan cerita rakyat. Di dalamnya terdapat beberapa cerita pendek yang berasal dari berbagai daerah di Indonesia. Salah satu favorit gue yang berjudul “Pak Dungu”. Cerita itu akan coba tulis berdasarkan ingatan gue yang seadanya di bawah ini. Konten kata-kata mungkin banyak yg berubah, tapi inti ceritanya dapat dipastikan tetap sama.

PAK DUNGU ( Cerita rakyat Jawa Barat )

Pada zaman dahulu hiduplah seorang miskin bernama Pak Dungu. Ia hidup hanya berdua dengan istrinya. Seperti juga namanya, Pak Dungu adalah seseorang yg kurang cerdas dikarenakan kepolosannya. Seluruh warga desa mengetahui hal ini. Karena itu lah Pak Dungu sering menjadi korban penipuan di desanya sendiri.

Suatu hari pak dungu dan istrinya kekurangan uang untuk membiayai kehidupan mereka sehari-hari. Tidak ada yang tersisa di rumah mereka melainkan seekor Kerbau kurus. Mehamami situasi yang sulit ini, Istri pak dungu berniat untuk menjual Kerbau tersebut.

“Pak, kita sudah tidak mempunyai apa-apa lagi sekarang. Untuk itu pergilah kau kepasar, dan jual Kerbau ini”

Istri Pak Dungu mulai menjelaskan keadaan mereka pada suaminya.

“Baik lah, aku akan berangkat besok pagi-pagi sekali. Tetapi, berapa harus ku jual?” Pak Dungu bertanya.

“Juallah dengan harga 300 Rupiah. Ingat pak, tidak kurang dari 300 Rupiah.”

“Baiklah.” Pak Dungu mengiyakan .

Sebelum matahari terbit, Pak Dungu sudah siap untuk berangkat ke pasar yang jaraknya sangat jauh dari rumahnya. Dengan berbekal nasi bungkus yang disiapkan oleh istrinya, Pak Dungu berjalan menggiring kerbau perlahan-lahan menuju pasar.

Diperjalanan yang cukup panjang, Pak Dungu bertemu dengan Pak Jahat. Seperti juga namanya, orang ini terkenal dengan kejahatannya. Dia menghampiri Pak dungu Dan bertanya :

“Hai Pak Dungu, Kemanakah kau akan pergi ?”

“Saya akan menjual kerbau ini ke pasar wahai Pak Jahat.”

Pak dungu adalah orang yang berhati bersih. Tidak ada terbesit dalam benaknya kalau bisa saja Pak Jahat akan melakukan hal-hal yang dapat merugikannya. Dan benar saja. Mendengar bahwa Pak Dungu akan menjual Kerbau ini ke Pasar, Niat jahat langsung timbul di benaknya. Pak jahat langsung tertawa terbhak-bahak mendengar pernyataan dari Pak Dungu.

“Ahahahahahahaa… yang benar saja Pak. Saya banyak mendengar kalau kamu mendapatkan julukan sebagai orang yang dungu. Tapi saya tidak menyangka bahwa kau memang se-dungu itu.

Pak Dungu langsung bingung mendengar pernyataan dari Pak Jahat.

“Apa Maksud mu, wahai Pak Jahat.”

“ Bagaimana mungkin kau menyebut kambing ini sebagai kerbau pak! Lihat saja, mana mungkin ada kerbau yang kurus seperti itu.”

Pak dungu memperhatikan lagi kerbaunya dengan seksama. Dalam hati timbul keraguan. Benar juga kata Pak Jahat. Binatang ini memang begitu kurus dan kecil. Apa mungkin ini memang bukanlah seekor kerbau. Pak Dungu terpaku melihat binatang yang berdiri di hadapannya. Namun sejenak dia mengingat istrinya. Tidak mungkin istriku membohongiku. Aku percaya padanya.

“Maaf, Pak jahat, Saya banyak mendengar bahwa anda adalah orang yang jahat. Tapi saya tidak menyangka bahwa anda akan sejahat ini.”

Tanpa basa-basi lagi Pak Dungu langsung meninggalkan Pak Jahat sendirian. Namun Pak Jahat Belum akan berhenti sampai keinginannya terpenuhi. Dia langsung menemui pak Licik, yang seperti juga namanya, terkenal akan kelicikannya. Dia meminta kepada Pak Licik untuk membantunya dalam upaya penipuan kepada Pak Dungu.

Setelah beberapa waktu mencari, Akhirnya Pak Licik mendapati Pak Dungu sedang memakan bekal perjalanannya. Pak Dungu duduk di atas batu, dan mengikatkan Kerbaunya di pohon yang terletak dekat dengannya.

“wah, Siapakah yang memiliki Kambing ini?

Perkataan Pak Licik yang tanpa basa-basi membuat Pak Dungu tersedak.

“Hei, Pak Dungu, Aku tidak menyadari keberadaan mu disini. Apakah Kambing itu kepunyaanmu?’.

“Bukankah ini seekor kerbau, wahai Pak Licik, aku baru saja akan menjualnya ke Pasar”

Pak Licik langsung tertawa, persis seperti apa yang dilakukan oleh Pak Jahat

“ Bagaimana mungkin kau menyebut kambing ini sebagai kerbau pak! Lihat saja, mana mungkin ada kerbau yang kurus seperti itu.”

Pak Dungu langsung Terdiam, ia sangat bingung. Sudah dua orang yang menyebut binatang yang ada di hadapannya sebagai seekor kambing. Batinnya berkecamuk perasaan aneh. Dia sadar dirinya bodoh. Mungkin memang saya yang tidak bisa membedakan yang mana yang kerbau, yang mana yang kambing.

“Sudah lah Pak Dungu, bayangkan apabila seisi pasar mengetahui bahwa kau ingin menjual Kerbau tetapi membawa Kambing. Apa kau mau mereka semua menertawakanmu. Bagai mana kalau aku beli saja kambing ini dengan gharga 50 Rupiah. Ini cukup mengingat Kambing yg kau bawa cukup gemuk”

Pak dungu pun menyerah. Ia akhirnya menjual kerbau itu pada Pak Licik. Dengan mendapat uang sebesar 50 Rupiah, Pak Dungu kembali pulang dengan langkah gontai dan pikiran yang masih tidak tenang. Sebenarnya ia pun masih ragu dengan keputusan yang ia buat. Sesampainya di rumah, Pak dungu menceritakan semua kejadian yang terjadi pada istrinya.

“Bagaimana mungkin kau Jual Kerbau kita pada Orang jahat itu pak? Itu jelas kerbau bukan Kambing. Mereka telah menipu mu mentah – mentah”

“Tapi dia memang kecil, binatang itu bukan Kerbau bu, tapi Kambing”

Pak Dungu tetap pada pendiriannya yang salah itu. Sampai akhirnya ia melihat istrinya menangis.

“Bagaimana mungkin kau bisa lebih percaya kepada dua orang jahat itu dibandingkan dengan aku, istrimu sendiri”

Pak Dungu akhirnya tersadarkan. Sekarang ia tahu siapa yang bisa dipercaya dan tidak. Hati pak dungu pun sangat hancur. Bukan hanya karena dia ditupu oleh dua orang itu, tetapi lebih karena dia telah menyakiti hati istrinya begitu dalam. Didalam penyesalannya, Pak Dungu memikirkan cara untuk membalas kejahatan yang dilakukan oleh dua orang tadi.

Entah datang dari mana, Pak Dungu akhirnya mendapatkan ide untuk memberikan pelajaran berharga kepada orang-orang tersebut. Pagi-Pagi sekali di keesokan harinya dia pergi keluar dari rumahnya kembali menuju pasar. Kali ini dia membeli sebuah loncen dari uang yang di berikan Pak Licik Kemarin. Setelah mendapatkan Lonceng yang dimaksud Pak Dungu pun meminta bantuan kepada beberapa penjajan makanan untuk kelancaran rencananya. Hal yang terakhir dia lakukan sebelum melancarkan balasannya adalah mencari Pak Jahat dan Pak Licik.

“Hai Pak jahat dan Pak Licik” Pak Dungu menegur mereka.

“Hai Pak Dungu, Apa Kabar mu”

“Wah, sangat baik. Sebenarnya saya berniat untuk mengajak kalian makan bersama karena kalian telah membantuku untuk membeli Kambing itu.”

Mereka bertiga pun akhirnya berhenti di sebuah tempat makan di dalam pasar. Setelah menghabiskan banyak makanan dan minuman Pak Dungu mengeluarkan Lonceng kecil dan menggerak-gerakkannya sehingga mengeluarkan suara, dan ketika Pak Dungu bertanya berapa uang yang harus dibayarkan, penjual makananpun menjawab dengan santai “Sudah bayar Pak”

Melihat kejadian ini pun Pak Jahat dan Pak Licik menjadi bingung. Namun mereka hanya diam saja sampai Pak dungu mengajak mereka ke penjual pakaian dan melakukan hal yang sama. Mereka kini sangat penasaran. Dan menanyakan hal ini kepada Pak Dungu.

“Apa yang sedang terjadi wahai Pak Dungu, Mengapa mereka memberikan semua yang kau inginkan dengan Cuma-Cuma?”

Pak Dungu langusng memelankan suaranya dan berkata

“Ssssst…. Sebenarnya, setelah menjual Kambingku pada kalian, aku membeli Lonceng ajaib ini dari seorang nenek tua. Dia bilang Padaku bahwa ini adalah lonceng ajaib. Pada awalnya aku tidak percaya, hanya saja nenek tersebut bisa membuktikannya langsung padaku.”

Mendengar perkataan Pak Dungu keduanya memikirkan hal yang sama. Keduanya berrencana untuk kembali mengambil keuntungan dari seseorang yang mereka anggap dungu ini.

“Bagaimana kalau Kau jual Lonceng ini kepada kamu Pak Dungu? Kami akan membeli lonceng itu dengan harga 100 Rupiah. Bagaimana?”

Mendengar perkataan Pak jahat, Pak Dungu tertawa terpingkal-pingkal.

“Apa Kalian gila, sedungu-dungunya saya, saya masih tahu yang mana yang lebih menguntungkan”

“Kalau Begitu kami naikkan harganya menjadi 200 rupiah. Bagai mana Pak Dungu.”

Pak Licik menambahkan

“Mungkin aku akan menjualnya apabila kalian naikkan lagi menjadi 300” Pak Dungu akhrinya menyetujui untuk menjual lonceng ajaibnya.

Dengan sedikit ragu namun senang, Pak jahat dan Pak Licik memberikan uang senilai 300 Rupiah Kepada pak Dungu. Mereka tidak menyangka bahwa Pak Dungu telah menipu mereka. Setelah transaksi berhasil di lakukan, Pak Dungu kembali pulang ke Rumah dan siap memberitakan kabar gembira ini kepada Istrinya.

Dan kedua orang itu?

Setelah mendapatkan loncengnya, mereka mencoba menggunakannya di beberapa pedagang di Pasar sebelum akhirnya mereka tahu bahwa lonceng tersebut hanya lonceng biasa. Merekapun menjadi bahan lelucon orang-orang di pasar karena telah tertipu oleh orang yang mereka sebut sebagai “dungu”


Kalo ngomongin mengenai pesan moral dari cerita ini, kita akan dapat beberapa. Namun yang paling menarik menurut gue adalah bagian yang bertinta merah. Disitu menggambarkan bagaimana seseorang yang di label sebagai “dungu” oleh masyarakat akhirnya juga mendefinisikan dirinya sendiri dengan cara yang sama. Self Fulfilling Prophecy adalah salah satu dari banyak teori-teori Labeling, yang intinya, kalo seseorang mendefinisikan dirinya sebagai sesuatu, maka hal itu akan benar-benar nyata. Pak Dungu, yang dilabel sebagai orang yang dungu, akhirnya juga mendefinisikan dirinya sendiri sebagai orang yang benar-benar dungu. Konsekuensinya, dia menjadi tidak percaya kepada pemikirannya sendiri dan cenderung akan mudah untuk di jadikan objek kejahatan oleh orang lain.