Tuesday, August 7, 2012

Di atas Lemari Kayu

Kitab itu rusak berdebu di atas lemari kayu
Menunggu ada yang merengkuhnya dan menyelamatkanya dari ketinggian.
Menanti saat ada yang membaca huruf per huruf kandungan tebal raganya.
Konon dia menanti Ramadhan datang, karena menurut kabar yang beredar akan banyak orang yang akan mencarinya. Membaca dan menelisik isi nya yang sangat bermakna.
Tapi Ramadhan hampir habis satu bulan dan dia tetap belum bergerak. 
Terdiam layu tanpa ada tanda-tanda akan diaangkat.
Aku merefleksikan diri sebagai tokoh itu, Si orang yang enggan membaca kitabnya. Karena bahkan Harry Potter setebal 1200 halaman dapat selesai dalam satu minggu. Al-Quran ? Belum tentu satu tahun sekali. Padahal disana ada cintanya Tuhan yang terbaca nyata. Namun ku abaikan karena Komik-komik detektif kesayangan lebih menarik untuk kubaca berulang-ulang hinga aku hafal alurnya. 

Ku lihat-lihat lagi sebuah yang ada di atas lemari ku. Warnanya biru tua, warna yang ku suka. ada beberapa bagian dari cover-nya yang sudah mengelupas. Wajar saja, usianya hampir sama dengan usia ku. Kertasnya sudah berubah warna menjadi kekuningan dan sudah tidak lagi lurus, melainkan bergelombang. Ada juga beberapa halamannya yang robek. Ah, keadaannya udah parah banget. Tapi aku tidak memutuskan untuk membeli yang baru. Selain karena dia adalah kesayanganku (walopun jarang dibaca) juga karena aku sadar,  punya satu aja terbengkalai jarang dibaca, apalagi lebih.

Ustadz Bakar (nama guruku) adalah orang yang mempunyai pengaruh penting atas kemampuanku (yang pas-pas-an) dalam membaca Kitab suci. Pada waktu aku kecil, setiap malam setelah maghrib dia datang dengan setia mengajari kami (Aku, Kakak, adik dan dua orang asisten umi) untuk mengeja pelan-pelan, serta memahami tajwid dengan benar. Dulu kami semangat. Anak-anak memang selalu bersemangat. Kami berkompetisi membuktikan siapa yang lebih baik, bahkan pada saat menghapal Surat Al- Qariah. 
  Adapun orang yang timbangan amal baiknya berat,Ia akan menjalani kehidupan yang menyenangkan.Namun, orang yang timbangan amal baiknya ringan,Tempat tinggalnya adalah jurang yang paling dalam.Dan apa yang membuat engkau tahu apa itu?(Itu adalah) api panas yang berkobar. (Q.S Al Qari'ah 6-11)
Kini Semangat itu menjadi lemah dan tua. bahkan lebih tua dari usia-usia kami. Kami kalah pada keinginan dan mimpi-mimpi semu yang menjauhkan kami dari petunjuk itu. Padahal dia setia menunggu kami pulang dan sekedar mengambil air wudhu untuk membaca dan mengalunkannya di rumah sehingga rumah itu nyaman penuh berkah.  

Aku malu pada Ustad Bakar, jika ia tau perjuangannya setiap malam hampir sia-sia karena aku tidak mengamalkan apa-apa yang Ia ajarkan.

Aku malu pada kesempurnaan fisik dan raga-ku sebagai manusia. Mulutku bisa digunakan, tanganku masih berfungsi, dan kakiku masih bisa berlari. Namun kesemuanya seakan enggan dan malas untuk mengambil kitab itu dari atas lemari dan membacanya sepenuh hati. 

Aku malu padamu wahai kekasih Allah. Aku malu mengingat perjuangan saat kitab ini turun. Saat itu juga engkau berada dalam masa sulit karena pengikutmu masih sangat sedikit. Aku menutup muka dan enggan menunjukkannya padamu. Aku teringat betapa kata-kata yang pertama turun dari Kitab ini adalah seruan untuk membaca. Saat itu kau menggigil ketakutan, bukan karena kau takut pada Jibril yang melafadzkan, tapi kau sadar betul tanggung jawab yang ada di pundakmu. Pemberi rahmat untuk alam semesta, Pemberi cinta untuk semua ummatnya.
Bacalah dengan (menyebut) nama Tuhanmu yang menciptakan,
Dia telah menciptakan manusia dari segumpal darah.
Bacalah, dan Tuhanmulah Yang Maha Pemurah,
Yang mengajar (manusia) dengan perantaran kalam
Dia mengajar kepada manusia apa yang tidak diketahuinya. (Q.S AL-Alaq 1-5)

Aku malu pada-Nya, Tuhan maha pencipta. Pencipta hati dan semua rasa yang terkandung di dalamnya. Pencipta naluri dan resah yang ditimbulkannya. Pencipta  Aku, kamu dan kita semua penghuni dunia. Sumber dari lantunan indah kata-kata yang ada di Kitab ini, yang sedari tadi ku bahas tentangnya. Dari kitab ini seharusnya kita bisa tahu karakter-Nya. Dialah sang pemberi cahaya, saat lampu-lampu di hati kita semakin redup karena Dosa. Dia lah sang pemberi harapan, ketika pikiran dan  raga kita sepakat untuk lelah, namun jiwa masih percaya bahwa masih ada Dia, sang penjawab segala Doa.

Kita hanya tinggal membaca. Walaupun tidak mengerti artinya, tetaplah membaca. Walaupun terbata-bata tetaplah membaca.  Karena kita akan merasakan hasilnya nanti, saat Malaikat Mungkar dan Nakir  bertanya seberapa jauh kita mengenal Tuhan? Seberapa dekat kita  dengan Imam kita (Rasulullah)?. Dan Jawabannya sungguh dekat. Dia hanya berjarak dua meter dari tempat tidurmu. Tergeletak berdebu di atas lemari kayu.